Perkenalkan, gue Yosedo Pratama,gue ganteng, dan akhirnya mau nulis lagi. Waktu itu gue nerima telpon dari
temen. “do,besok liburan yuk ke Borobudur, tapi loe boncengin gue ya?” seketika
itu telpon langsung gue tutup. Selang 30 menit, ada yang makhluk asing telpon
gue,kali ini lewat hape temen. “besok loe ikut ke Borobudur gak? Naik
mobil”.gue jawab “kalo gratis ikut”. Makhluk asing jawab “halah nanti patungan
40-50rb”. Gue jawab “pikir pikir dulu”. Setelah itu telpon gue tutup. 15 detik
kemudian gue sadar bahwa gue bener-bener gak tau siapa yang telpon gue tadi.
Sekarang gue mencoba gaul,sudah
meninggalkan dunia friendster dan beralih ke dunia twitter. Mungkin karena
orang yang gue suka sering nge-tweet,tapi bukan itu permasalahanya,lupakan. Gue
sedang baca timeline, ada temen yang lagi nge-tweet “SeP1 n1H,9aK 4dhA y9
n9Ajak1N k3 b0RobuDur” seketika langsung gue blok. gue bingung,kenapa gue bisa
ngefollow spesies alay.disisi lain gue jadi ngrasa bersalah. Tidak seharusnya
spesies alay dijauhi dan sudah seharusnya pemerintah menyediakan perlindungan
hukum bagi spesies alay,mungkin dengan pembuatan ”suaka marga alay”.
Gue berpikir, mengapa tema hari
ini Borobudur. Dan akhirnya gue tau kalau besok ternyata hari raya Waisak. Waisak merupakan perayaan atas tiga peristiwa
penting dalam agama Buddha. yaitu memperingati kelahiran, pencapaian
kesempurnaan dan meninggalnya sang Budha.Tema perayaan Tri Suci Waisak tahun
ini mengambil tema ‘Dengan Semangat Waisak Kita Tingkatkan Kesadaran Untuk
Terus Berbuat Kebajikan’. Sedangkan Sub temanya adalah ‘Sucikan Pikiran,
Tingkatkan Kebajikan, Kehidupan menjadi Harmonis’.
Seperti tahun sebelumnya,
peringatan Hari Raya Tri Suci Waisak 2013 juga dipusatkan di kawasan Candi
Borobudur dan Candi Mendut, Magelang, Jawa Tengah. Ribuan pengunjung, baik
lokal maupun mancanegara, memadati candi yang terletak di Magelang, Jawa
Tengah, ini. Kebanyakan pengunjung mengaku menanti ritual pelepasan seribu
lampion, yang menjadi penanda berakhirnya prosesi Waisak tahun ini. Di negara
dengan mayoritas penduduknya beragama Buddha prosesi ini berlangsung secara
sakral, tertib, khitmat, dan tenang. Gue sedikit bingung dengan temen temen
yang ngajak gue ke borobudur. Bukankah justru dengan kehadiran gue dan
antek-antekya justru malah mengganggu prosesi ritual itu sendiri?
Agama Buddha di negara ini tergolong
minoritas, yang seharusnya mendapat perlindungan lebih agar mendapat keadilan
seperti mayoritas. Namun menurut gue upacara keagamaan yang berlangsung malah
dijadikan bahan tontonan, atraksi wisata,konser, mungkin gue bakalan kebanjiran order kalau
jadi tukang foto disana. Fakta yang terjadi di lapangan Pukul 17.00 WIB, para
biksu dari majelis-majelis yang sudah dua hari melakukan prosesi Waisak dari
Candi Mendut ke Candi Borobudur sudah berkumpul di panggung pelataran.
Hujan turun, membuat suasana
menjadi serba galau. para pengunjung mengembangkan payung selama menunggu acara
dimulai. Hingga pukul 19.00, acara masih belum juga dimulai, padahal para biksu
dan biksuni sudah berkumpul di panggung, siap untuk memanjatkan doa bersama.
Upacara yang tertunda karena menunggu kedatangan Menteri Agama Suryadarma Ali (untung
gak nungguu gue) ,bahkan penonton yang tidak sabar ingin menonton lampion
terbang pun sempat meneriaki dengan kata “huuuu”
Kini prosesi Waisak di Borobudur
memang menjadi tontonan yang menghibur
bahkan sepertinya Ironman 3 pun kalah menariknya . Nilai magis yang terkandung
didalamnya telah berbaur dengan komersialisasi wisata. Pukul 20.00 WIB,
akhirnya Menteri Agama datang. Kedatangannya disambut sorakan penonton yang
kecewa. Sorakan ini juga terdengar saat Suryadarma membacakan sambutan dan saat
pemuka agama Budha menyebutkan namanya. Saat sambutan dari pemuka agama Budha,
pengunjung pun terdengar tak bisa tenang, gelisah, galau dan terdengar suara
teriakan canda dan tawa dengan indahnya.
Begitulah potret negeri ini,
minoritas seringkali menjadi bahan tontonan, lelucon. Sudah seharusnya
pengunjung menghormati upacara keagamaan. Berikanlah kesempatan untuk mereka
yang sedang beribadah, bukan malah menjadikan acara mereka untuk kesenangan tersendiri. Mungkinkah perayaan
Waisak, Borobudur hanya dibuka untuk umat Buddha yang merayakan perayaanya, dan
pihak pihak yang berkepentingan? Gue misalnya.
le le...
BalasHapuskw ne sing alay... x_x
:D
haha.koe ra kangen aku opo?
BalasHapus